Tampilkan postingan dengan label internet. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label internet. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Mei 2012

Inilah Warnet di Jepang,intip isinya yuk?

Kita pasti udah familiar dengan warnet. Kebanyakan di Indonesia warnetnya dibagi menjadi sekat kecil yang terbuka. sumpek dan nggak nyaman. Lalu seperti apakah warnet di luar negeri khususnya di Jepang? Mumpung hari libur, yuk kita lihat-lihat seperti apa sih WarNet (Internet Cafe) di Jepang sana.

Seperti juga di Indonesia, internet cafe di Jepang juga cukup banyak walaupun boleh dibilang hampir setiap rumah sudah mempunyai koneksi internet. Dan kebanyakan juga buka selama 24 jam.

Ada beberapa hal mendasar yang membedakan antara WarNet disana dibandingkan dengan disini yaitu:
1. harga (mahal banget),
2. kecepatan (cepet banget),
3. kebutuhan (kagak cuma untuk internet).

Bicara mengenai harga, seperti biasa apa sih yang murah disana? :-) Lama penyewaan mulai dari 15 menit sampai setengah hari dengan biaya rata-rata sekitar 500 Yen (sekitar 50.000 rupiah) untuk 15 menit dan 1500 Yen (150 ribu rupiah) untuk 7-9 jam.

Nah, kalau bicara kecepatan sih tidak usah ditanya, rata-rata kecepatan internet disana saat ini minimal 10 Mbps jadi pasti jauh lebih cepat dibandingkan di Indonesia (rata2 di Indonesia speednya 500 kb Mbps).

Internet cafe di Jepang juga kebanyakan tidak hanya sekedar tempat untuk ber-internet ria tetapi juga biasanya kita bisa membaca buku komik (manga) secara gratis dengan koleksinya yang lumayan banyak.

Dan bicara mengenai tempat itu sendiri, mereka biasanya membaginya dalam 2 bagian yaitu ruangan terbuka dan ruangan tertutup untuk privasi dengan bentuk bilik-bilik kotak (cubicles).

Dan tergantung permintaan, kita bisa memilih untuk satu bilik bisa diisi 1 orang, 2 orang atau lebih dari 2 orang. Dan kadang, mereka juga menyiapkan 2 komputer dalam satu bilik.

Sebagian besar bilik tersebut sudah dilengkapi dengan berbagai macam alat, mulai dari komputer itu sendiri, webcam, mic dan juga TV untuk menonton.

Bagi anda yang perokok seperti kami, jangan kuatir mereka juga menyediakan tempat bagi para perokok, lihat aja foto dibawah, itu ada asbak kan??


Walaupun sedikit mahal untuk ber-internetan disini, ada satu hal yang lumayan membuat kita sedikit senang yaitu kita bisa minum sepuasnya sampai kembung (dan GRATIS) kecuali untuk makanan kecilnya, kita harus bayar.

Terakhir, bicara soal kebutuhan, belakangan ini ternyata internet cafe disana tidak sekedar untuk internet tetapi juga sebagai tempat tidur bagi orang-orang tertentu seperti pekerja paruh waktu atau sama seperti Love Hotels digunakan juga untuk tempat untuk bermalam bagi orang yang sudah ketinggalan kereta.

Alasannya sama saja dengan Love Hotels, yaitu internet cafe jauh lebih murah dibandingkan dengan mereka menginap di hotel, ditambah selain bisa tidur, mereka juga bisa internetan, baca komik (manga), mandi air hangat (ada kamar mandi tetapi harus bayar biasanya) bahkan minum sampai kembung.

Satu hal yang sebenarnya sekarang menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah disana seiring dengan meningkatnya pengganguran dan juga orang yang mendadak tidak punya tempat tinggal (homeless) adalah keberadaan internet cafe sudah mulai berubah fungsi sebagai rumah sementara bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal.



ini nih isinya :











Karakter Kita Bisa Diintip dari Media Sosial

Ihsan Magazine - Makin banyaknya penggunaan media sosial membuat kita semakin mudah untuk mengintip karakter orang lain, begitu pun sebaliknya. Hal ini yang menjadi salah satu kekuataan social media, di antaranya Twitter.

"Salah satu kekuatan social media kita bisa tahu seseorang dari Twitter, aktivitasnya di akun tersebut. Di dunia sosial media ada banyak pengguna Twitter, tapi yang jadi masalah apakah orang tersebut berkarakter atau tidak," ujar pengamat sosial media Donny BU, di acara Ngopi DetikINET.

Aktivis Internet Sehat tersebut tidak mempermasalahkan bila dalam dunia sosial media itu ada suara-suara 'miring' yang disebut pencitraan. Karena menurut Donny, terlepas dari pencitraan itu benar atau tidak, adalah sebuah tindakan yang konsisten dilakukan.

"Karakter adalah sesuatu yang bersifat konsisten. Itu yang akan terproyeksi apa yang disampaikan. Kalau konsisten ramah, yang sampai kapanpun pencitraannya akan ramah," tambahnya.

Selain karakter yang konsisten, dalam dunia sosial media harusnya dipisahkan apa yang disampaikan, personal atau branding. Personal tentu saja akun Twitter yang berisi mengenai aktivitas seseorang. Brandingadalah akun yang bertujuan untuk menjual produk atau branding.

"Di internet, identitas kita putus. Ada istilahnya identity play. Kita bisa memainkan identitas melalu sosial media," tandasnya

Kamis, 24 Mei 2012

Facebook Ala WikiLeaks

wlfriends.org: Social Media Milik WikiLeaks


Ihsan Magazine - Julian Assange kembali membuat kejutan. Bukan lagi tentang dokumen-dokumen rahasia yang dibocorkan melalui situs WikiLeaks, tetapi Assange melangkah lebih jauh dengan rilis sebuah situs jejaring sosial.

Keberhasilan Facebook dalam menyatukan banyak orang melalui dunia maya sepertinya telah menginspirasi Assange untuk menciptakan media serupa, tentunyadengan fokus berbeda. Melalui jejaring sosial baru ‘Friends of WikiLeas,’ Assange ingin menyatukan semua pendukung WikiLeaks sehingga sumber dan tujuan utama situs tersebut tetap terlindungi.

Tidak seperti Facebook yang memungkinkan Anda mencari teman-teman lama dan baru, WikiLeaks membatasi pertemanan hanya 12 orang saja. Enam dari jumlah tersebut disatukan dari letak geografis tempat Anda berada sementara sisanya dari lokasi berbeda di seluruh dunia. Selain itu, seakan juga ingin membawa nama negara tempatnya berasal, Assange menggunakan salah satu fauna khas Australia sebagai logo Friends of WikiLeaks; burung kasuari.

Ingin menjadi bagian dari Friends of WikiLeaks? Silakan sign-up di sini.


Ihsan Magazine Ihsan Magazine